10 tahun untuk selamanya


Kini ku berada di titik terrapuh dlm hidupku. Tak perlu kamu tanyakan kenapa. Krna pertanyaan itu tak sedikitpun membantu, malah akan semakin menjerumuskanku lebih dalam ke jurang keterpurukanku.

Berkali-kali kupandangi cermin di sudut kamarku. Kucari cela disetiap lekukan tubuhku. Ah, apa noda hitam di lengan kananku begitu mengganggu bagimu? Atau pipi tomatku terlalu pasaran menurut kamu?
Aku tak melihat cela lain selain dua hal itu *setidaknya untuk ukuran gadis2 di desa kita. Apa iya dua hal itulah yang membuatmu tak ingin bersamaku? Soal hati.. tak perlu kamu tanyakan itu. Seluruh hatiku sudah kupersembahkan hanya untukmu, bahkan aku tak sempat meninggalkannya sedikitpun untukku. Kamu tau itu! Bahkan waktu 10 tahun tak cukup bagiku untuk melupakan semua rasa yang ada untukmu. Semua masih sama seperti 10 tahun lalu, tersimpan apik didalam hatiku.

Tak perlu kamu membentak dan memaki-ku meski hanya lewat telpon hanya untuk menyuruhku melupakanmu, tidak!!! Itu tidak akan pernah berhasil. Kamu pikir kepergianku ke Samarinda dan menetap disana bertahun-tahun untuk apa?? Kamu pikir menghilangnya aku dari keluargaku hingga tak dianggap anak lagi krna apa? Itu semua terjadi hanya agar aku bisa melupakanmu dan membuang semua tentang kamu. Ah.. aku benci rasa ini...

Kini aku kembali, itupun demi kamu.
Bercanda, tertawa dan bermain bersama peri kecilmu cukup untukku bisa tersenyum hari ini. Meski sikapmu tidak berubah *berlaku seolah tidak perduli dan nada bicaramu yg tinggi, tapi aku melihat masih ada cinta seperti 10 tahun lalu yg pernah kamu beri untukku. Tak perlu kamu akui itu.. aku bisa merasakannya.

Malam-malamku kini dipenuhi rasa gelisah..
Aku bingung dan takut. Semua rencana yang tersusun rapih seolah tak menjamin semua akan berjalan dengan baik. Kamu tau? Setiap hari aku meneteskan sedikit racun dalam minuman istrimu. Aku berharap dia akan mati pelan-pelan. Aku tak sabar menanti saat itu tiba, dan kita bisa bersama lagi seperti 10 tahun lalu. Tanpa ada lagi ganjalan dan hati yang perlu dijaga perasaannya.
Sudah cukup rasanya 10 tahun aku menyiksa diriku demi dia, kakak kandungku. Sekarang aku juga ingin mereguk kebahagiaan seperti yang dia rasain 10 tahun belakangan ini.

Aku juga berhak bahagia!!! Dengan atau tanpa si peri kecilmu...

PS: Udah terbit disini

8 Cahaya Bicara:

Violet mengatakan...

alur ceritanya bagus. pengen bisa nulis kya gini.

terkadang cinta mati itu bisa membutakan pikiran yah, sampe melakukan hal2 yg danger.

mengutip petikan dari film star wars "jangan biarkan perasaan menguasai dirimu" dan dilanjutkan dengan kata2 tambahan dari saya "sampai melakukan hal2 di batas wajar dan merugikan orang lain".

lisha, kapan2 buat tutorial nulis kya gini dong.
saya mau berguru dan diajarin ama kamu nih. ^__*

Lisha Boneth mengatakan...

@violet: siyal..
kamu ngeledek yah?? :)) :))
tulisan saya mah ndak ada apa2nya dibandingin tulisan kamu.

tp terus terang ini jg muncul krna kmrn abis dipuji abis2an sm mas joko, bu guru, sm bu dokter... kamu tau ga, mau tidur aku sampe mikirin besok mau nulis apalagi yah?? hahaha.. ternyata enak jg yah dipuji..

saya seneng dipuji krna saya merasa tulisan saya emang blom ada apa2nya. Apalagi klo dibandingin sm mereka2 yg udah lbh dulu di dunia "perblogan" dan dunia "tulis-menulis".. hihihi kita sama2 belajar koq darling..

tp aku punya satu tips, mdh2an berguna:
- percaya diri
Explore imaginasi kamu, ga usah takut ngeluarin apa yang ada dipikiran kamu.

setidaknya itu jg yg aku lakuin

Joko Sutarto mengatakan...

Menulis Cerita memang tidak mudah bagi beberapa orang, termasuk saya karena Si pencerita harus punya imajinasi dan emosi yang kuat. Hampir sama seperti melukis, juga tidak mudah buat sebagian orang.

Sama juga membuat artikel yang berbobot, harus didukung oleh sumber data yang valid, referensi yang bisa dipercaya dan harus ada kepinteran meramunya dengan angle yang menarik mirip seperti fotografi dalam memotretkannya.

Cerita dan artikel boleh saja biasa topik atau temanya dan mungkin kurang menarik tetapi kalau ditulis oleh para ahlinya akan menjadikan sebuah bacaan yang tetap menarik.

Teruslah berkarya, Lis. Aku mendukungmu. Sukses, ya untuk cerita2mu yang menggugah emosi saya!

lilliperry mengatakan...

mbak lisha udah nikah ato blm sih..?
wah.. bahasanya ngeri je.. tulisan yang bagus.. :)

Lisha Boneth mengatakan...

@mas joko: makasihhh makasih..

@bang lili: saya udh nikah bang.. ini cuma imaginasi saya ajah.. ndak beneran koq.. hihihi ndak ush takut dan ngeri gituh..
makasih loh bang dang mau mampir..

Unknown mengatakan...

iya nih tulisannya bagus... ;D
jadi emosi bacanya,
salut untuk lisha...

Freya mengatakan...

wow...ganti kuliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit.........

awawawawawwwwwwwwwww....ginih dong.

Nyang kemaren aye lumayan bingung hehehe.

Ternyata lisha nulis cerpen juga toh. Keren. Aye cerpennya ngga jelas nih genrenya hahahaha. Dah gitu pemalas pula. Heleh, ampun dah.

Yak, teruskan karyamu. Cihuy....

Lisha Boneth mengatakan...

@toufan: hei abang toufan mampir lagihh..asikkk... *girang, jingkrak-jingkrak
ndak usah salut.. saya juga masih belajar memainkan imajinasi saya.. makasih loh atas apresiasinya.. :D :D nambahin semangat saya ajah..

@Freya: ahhh... jd maluu... ternyata kamu mampir juga.. :D :D tak kirain kamu ndak sempet liat.. soalnya saya buru2 posting yg danau toba ituh biar ini ketutup.. hehehe tp seneng jg sih neng Ines mau liat2.. dan gitu ada pujian pulak...
*ah apapun ituh saya teteup anggap itu pujian

makiiiinnn semangattt...
abis dipuji sm suhunya CERPEN.. hahaha
muachhh ahhh...

Cahaya Hati Boneth Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template for Bie Blogger Template Vector by DaPino