Sales Asuransi

Sebuah kejadian menggelikan menimpa abang ipar saya.

Ceritanya seminggu yang lalu, seseorang sebut saja namanya Tata menawarkan sebuah produk asuransi lewat sms kepada abang ipar saya. Kemudian Roy (abang ipar saya) nelp balik dan bersedia mendengarkan penjelasan dari Tata. Roy sempat tertarik untuk mengikutsertakan kedua orangtuanya (mertua saya) untuk ikut asuransi, tentu saja dengan dia sendiri sebagai penyandang dananya. Tapi ternyata, setelah panjang lebar, nilai yang dikasih Tata untuk ikut produk asuransi tersebut cukup fantastis buat ipar saya. Sehingga dia minta waktu untuk mempertimbangkannya beberapa hari ini.
*it means, Roy blm terucap kata sepakat untuk ikut asuransi tsb

Beberapa hari lalu, tiba2 ada sms dari Tata.
Isinya minta nomer KTP dan tanggal lahir kedua mertua saya. Roy lgsg telp dan bilang
“jangan diproses dulu, nanti aku kabari lagi klo emang udah ok”.


dan kemareeennn… pagi2 ipar saya dapat sms tiga biji dari Tata. Isinya sama.
Bang tolong telp balik, managerku pengen ngomong sama abang.

Siabang langsung buru-buru sms, “sori, aku udah mikir mateng-mateng, sepertinya nilai itu masih cukup tinggi untuk saya. Apalagi msh byk yang harus saya tanggung. Jadi sementara ini jgn dulu deh. Sekali lagi, sori”

Sahabat tak harus bersahabat

Bila seseorang yang pernah menyakitimu dengan melecehkanmu, menghina kehidupanmu, dan dengan semena-mena menuduh rumah tanggamu tidak bahagia; tiba-tiba muncul, mengulurkan tangan dan berkata "aku ingin kita berteman lagi", apa yang akan kamu lakukan?


--------------------------------------------------------------------------------------------------------


Meski hati ini sudah mengampuni dengan ikhlas, namun untuk berteman dan berbagi cerita rasanya masih terlalu sulit bagi saya. Biar Tuhan yang tahu sebagaimana pedulinya saya sama kamu. Tak perlu saya utarakan ini *nunjuk2 dada

Abegeh di Usia Panik


Cerita sepeda itu bukan sekedar cerita palsu, memang begitu adanya, dan itulah awal dari kehidupan saya. Meski terlahir sebagai anak bungsu, bukan berarti saya anak yang manja (malas mungkin iyah, hehehe). Gimana bisa manja? Wong anaknya buanyakkk.. dah gitu orang tuanya orang susah pulak. Itulah sebabnya mengapa saya, hingga hari ini enggan menyusahkan orang lain meskipun itu kakak saya sendiri.

Semenjak ‘usaha’ kecil-kecilan saya berdiri, bisa dibilang saya tidak pernah minta uang jajan lagi dari ibu saya. Bahkan sewaktu esempe, uang sekolah saya-pun, saya mbayar sendiri. Tau kenapa? Bukan hanya karena saya merasa ‘mampu’ dan tak mau membebani orang tua, tapi jg karena saya males ribut saya ibu saya. hahahaha.. ibu saya memang begitu adanya. Setiap kali dimintain uang, mesti ada ocehjavascript:void(0)an dulu baru dikasih.

Masa yang paling sulit adalah masa-masa SMA. Entahlah.. apa saya termasuk abegeh yang terlambat puber, saya tidak tau persis. Memasuki SMA, saya mulai malu dengan ‘pekerjaan’ saya. Dugaan saya, ‘pekerjaan’ itulah yang mbuat saya tak laku-laku hingga usia 15-16 tahun. Temang-teman saya yang lain bahkan sudah gonta-ganti pacar.. koq saya malah blom pernah sama sekali punya pacar. Apa yang salah dengan sayaaa???

Ben, segera nikahi anakku!!!


Belum hilang melayang dari benak saya soal Ditho, minggu ini Ben (masih orang dari masa lalu saya, eh temen doenggg tapiiiii) tiba-tiba nelpon saya setelah setahun lebih hilang kontak. Selain dia sering gonta-ganti nomer, dia jg udah tinggal nun jauh di ujung nusantara ini (kembali ke kampung halamannya, dan konon katanya sudah nikah jg). Jadi sangat wajar bila kita udah jarang komunikasi. Apalagi saya jg udah nyaris melupakan pertemanan kami *halah..halahhh..*

Tak perlu diperkenalkan, saya sudah tau suara Ben, dengan logat kental daerahnya, dan satu2nya temen saya dengan logat seperti itu yaaahhh cuma dia.. :D
Obrolan panjang lebar kami, menggiring pembicaraan ke arah curcolnya Ben. Nggak ahh.. bukan saya yang menggiring.. Kayaknya emang niat dia nelpon jg mau nyeritain soal ini. Menurut Ben, dia dan istrinya sampe hari ini, di usia kandungan istrinya yang sudah 7 bulan, mereka masih beda agama. Dan saya kaget… Trus nikahnya, di catatan sipil ajah? Tidak, kt Ben. Mereka nikah cuma secara adat.

Wah.. soal ini saya nggak bisa komen buanyak.. apalagi soal beda agama, rasanya terlalu sensitive untuk dibicarakan. Yang menjadi soal adalah, istri Ben mulai dicecar sama keluarganya. Keluarga istri Ben, meminta supaya Ben segera mensahkan pernikahan mereka (sebelum istri Ben melahirkan), tapi jg melarang anaknya untuk ikut agama Ben. Jadi pada intinya, mereka meminta Ben untuk segera pindah agama. Ini semua membuat Ben pusing (menurut ceritanya sihhh yaa…). Dan Ben meminta pendapat saya.

Are You Happy?


Getar sms di henpon membangun saya di suatu pagi. Setengah sadar, saya mbacanya, dan isinya persis seperti title yang diatas. Hah? siapa nih pagi-pagi buta nanyain bginian? Saya liat nama pengirimnya, Ditho. Humm.. seorang sahabat lama (termasuk salah satu dari pengemar-penggemar saya :P). Ah, ada apa sih dengan dia ini.Perlahan saya mulai mengetik kalimat balasan ntuknya.

“I’m so happy. Kenapa nanya bgituan jam segini? Are you ok?”

tiiiiittttttttttt…. balasan darinya muncul lagi

“Suamimu baik nggak? Kamu kerja nggak?”

ahh ini pertanyaan makin mendetail tak beralasan mnurut saya. Dan saya enggan menjawabnya. Saya cuekin aja, dan saya tinggal tidur.. tapi 10 menit kemudian kembali saya tersentak kaget sama getar henpon saya sendiri. Kembali sms dari Ditho, dan isinya sama ajah dengan smsnya yang terakhir.

Saya klik tombol ‘call’, dan muncul nomernya.. eehhhh beda operator.. haiyaahhh.. saya ogah buang2 pulsa untuk hal nggak jelas.. (tepatnya pulsa nggak mampu :lol

Cahaya Hati Boneth Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template for Bie Blogger Template Vector by DaPino