Cinta Sejatiku (Tamat)


Bagai sungai kering yang merindukan air, tak tahan ku menahan gelora di dada saat ku bersua dengan Yoga. Kujatuhkan tubuhku pada pelukannya, sejenak kulupakan Lily dan juga suamiku yg sangat mencintaiku. Malam itu menjadi malam petaka sekaligus malam terindah bagi kami berdua. Kurelakan Yoga meniduriku, toh aku sudah tak perawan lagi, aku membuat pembenaran pd diriku sendiri.

Seminggu rasanya tak cukup, tapi Ibu sudah bolak balik menelepon dan mengabarkan soal Lily. Katanya Lily mulai rewel, mgkn dia rindunya papanya, itu menurut ibu. Kuminta janji dari Yoga, bahwa suatu hari kami harus bertemu lagi. Aku tak ingin pertemuan ini hanya sampai disini. Yoga memenuhi permintaanku dan berjanji kelak, kami akan bertemu lagi.

Semua terjadi begitu saja.

Semakin bergulirnya waktu, semakin membuncah rasa di dada. Aku benar-benar ingin memiliki Yoga seutuhnya. Terlalu sering aku cari-cari alasan untuk kembali bertemu dengannya, hingga suatu waktu, tanpa aku sadari suamiku mengikutiku ke kampung. Dia menyaksikan semua gelagatku bersama Yoga (yang sudah dengan leluasa mengumbar kemesraan di kampung halaman kami). Dia marah besar, tapi aku tak memperdulikannya. Dia pergi dengan membawa semua kekesalannya. Biarkan saja!

Kemarahan suami saya membuat saya semakin terbebas. Terbebas untuk melakukan apa saja yang aku inginkan. Rasanya tak sempurna bila aku menginginkan Yoga, namun melupakan anaknya. Karen, putri Yoga yang hanya terpaut umur satu tahun dengan Lily kini mulai akrab. Mereka laksana kakak – adik sungguhan. Ketelatelanku mengurusi mereka berdua membuat Yoga semakin yakin bahwa aku orang yang tepat untuk menggantikan mantan istrinya yang dia ceraikan sebulan lalu.

Jalanku tak terlalu mulus, adik-adik Yoga sepertinya tidak suka denganku. Mereka sering mengadukan hal-hal yang tidak baik pada kakaknya tentang aku. Yah aku akui semua yang mereka sebutkan itu benar, mulai dari aku yang tak pernah dicerai suamiku, aku yang sering keluar-masuk pondok seorang dukun (yah ini aku lakuin juga kan demi memikat hati Yoga, supaya jangan ngelirik wanita lain), dan soal Karen yang aku cekokin cerita bohong soal ibu kandungnya. Ah tapi mereka mana ngerti, kalo itu semua aku lakuin untuk kebahagiaan kakak mereka. Untungnya Yoga masih lebih percaya padaku. Aku merasa seperti seorang pemenang saat menyaksikan Yoga bertengkar hebat dengan semua keluarganya, terutama ayahnya, untuk ngebelain aku. Sempurna! Yoga telah kumiliki seutuhnya. Akulah permaisurinya.
http://www.emocutez.com

Aku rela menderita demi cinta sejatiku.
Aku rela bersusah payah mati di ujung hidupku nanti, asal Yoga telah kugenggam erat.
Aku rela jadi penghuni neraka selamanya, demi cinta ini.
Cinta sejatiku!

3 Cahaya Bicara:

bandit™perantau mengatakan...

kejam nian perbuatanmu Bu Lily...
*kok saya marah ya?

Lisha Boneth mengatakan...

bagus..
pertamaxnya diamankan..!

Violet mengatakan...

huahh..bu lily yang kejam n nekat. kemana hatimu Bu lily?

Cahaya Hati Boneth Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template for Bie Blogger Template Vector by DaPino