Menyentuh Mimpi

Langkah kakiku tak lagi seringan dahulu. Mungkin karena usiaku yang sudah semakin renta. Sering aku harus menyanggah tubuhku dengan tongkat, untuk membantuku melangkah keluar dari kamar sempit ini. Tak jarang aku harus menyeret tubuh ini untuk menggapai kamar mandi, bila rasa sakit di perutku mulai kambuh.

Bukan saya tak butuh bantuan Lastri, anak semata wayangku. Tapi aku juga tau kini Lastri punya banyak tanggung jawab. Tanggung jawab untuk merawat suaminya yang masih terbaring sakit akibat jatuhnya pesawat yang dinaikinya beberapa bulan lalu, juga tanggung jawab untuk membesarkan anaknya yang masih balita -cucu ku tersayang-, terlebih tanggung jawab untuk bisa menanggung beban hidup mereka bertiga.

Saat ini, sehari adalah bonus dari Tuhan bagi saya. Saya benar-benar tak ingin bonus ini berlalu begitu saja. Masih ada mimpi-mimpi masa mudaku yang belum sempat kuraih.. Meski raga ini sudah tak sebugar dan sekuat dulu, namun semangat dan inginku masih sebesar dahulu.

Aku ingin punya rumah yang layak, agar dapat dihuni oleh anak dan cucuku. Agar mereka tak merasakan hidup menderita di rumah kontrakan kecil disudut kota seperti yang aku alami kini.
Aku juga ingin punya sekolahan, agar anak-anak kurang beruntung dapat menuntut ilmu secara cuma-cuma, agar mereka tak perlu pusing memikirkan pahitnya hidup, agar mereka tau membangun masa depan mereka, supaya tidak carut marut, seperti hidupku kini.

Semua keinginan dan mimpi-mimpiku itu terasa sangat sulit untuk diraih kini. Dengan memberikan pembelajaran gratis bagi anak-anak disekitarku rasanya belum cukup untuk disebut mimpi yang terwujud. Aku blm bisa memberikan mereka sarana yang baik.. bahkan aku mengajarkan mereka tanpa buku.. Hanya menggunakan memori otakku saja. Sangat jauh dari cukup bagi mereka, anak-anak calon pemimpin bangsa ini.

-------------------------------------------------------------------------------------
Pagi ini dunia terasa gelap.. Aku nyaris tak sanggup membuka kelopak mataku. Meski telah kupaksakan.. ahhh.. inikah waktuku??
Kulipat tanganku, dan bibirku hanya mengucapkan "aku siap Tuhan"!
dan tiba-tiba sepasang makhluk bertubuh putih mengangkatku. aku tak bisa melihat wajahnya..
kuikhlaskan tubuh ini mereka angkat, dan aku merasa bebanku pun terangkat bersama terangkatnya tubuh ini. semua terasa ringan.
aku benar-benar siap.. inilah waktuku..!

Dikejauhan kulihat sesosok wajah.. wajah yang sangat aku idolakan.
Wajah mantan penguasa orde baru, Presiden Soeharto terlihat diantara banyak wajah-wajah lain. Bibirku tersenyum sumringah.. mimpiku ntuk bersua dengan beliau, mungkin akan terwujud disini.. di alam baruku..

0 Cahaya Bicara:

Cahaya Hati Boneth Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template for Bie Blogger Template Vector by DaPino