Haruskah ibu tiri dibenci?


Mungkin sudah takdir Yusuf harus ditinggal kawin oleh istrinya, disaat mereka sudah mempunyai anak laki-laki lucu berusia 2 tahun. Awalnya Farida, istri Yusuf, dikabarkan menghilang, namun belakangan beredar kabar bahwa Farida sudah bersuami lagi, padahal dia masih berstatus sebagai istri Yusuf.

Tekanan hidup, itulah satu-satunya alasan Farida meninggalkan suami dan anaknya dan memilih menikah lagi dengan lelaki yang jauuuhhhh lebih mapan dibandingkan Yusuf. Bagaimana tidak, 3 tahun menikah dengan Yusuf, Farida merasa dia tak pernah hidup senang. Yusuf yang cuma penarik becak bermotor itu memang tak mampu menyenangkan hidup Farida secara financial, namun Yusuf tak pernah mengira bahwa istrinya itu tega meninggalkannya dan anaknya, hanya karena materi.

Dua tahun setelah perpisahan itu, Yusuf memilih menikah lagi. Selain demi hidup dan masa depannya, juga demi anaknya yang masih balita. Niatnya untuk menikah lagi Yusuf utarakan kepada orang tuanya dan disambut baik oleh orang tuanya. Orang tua Yusuf memilihkan wanita yang layak untuk mendampingi Yusuf dan anaknya, masih dari keluarga dekat.

Setelah pernikahan itu, Yusuf tak pernah tau dan mau tau soal kehidupan rumah tangga Farida, si mantan istrinya. Mereka benar-benar tak saling bertukar kabar. Dodi, putra Yusuf kini sudah tumbuh besar dan mempunyai dua orang adik dari ibu tirinya. Selisih usia Dodi dengan Heri (adik laki-lakinya) 6 tahun, pantaslah bila Dodi lebih sering mengerjakan pekerjaan rumah dan juga membantu ibunya mengurus ternak-ternak mereka. Selain mengurusi ternak-ternak, sering kali juga Dodi harus menjaga adik-adiknya ketika ibu tirinya harus berjualan ke pasar.

Seusai menyelesaikan sekolahnya di tingkat SMP, tantenya (adik ayahnya) mengajak Dodi untuk tinggal bersamanya. Tantenya juga menjanjikan akan menyekolahkannya hingga menyelesaikan SMA-nya, dan memang benar. Masa-masa SMA adalah jendela baru bagi Dodi. Mengetahui Dodi sudah tidak tinggal bersama orang tuanya lagi, Farida, si ibu kandung sering datang diam-diam ke tempat tinggal Dodi tanpa sepengetahuan Tante dan orang tua Dodi. Meski awalnya enggan, namun lama kelamaan Dodi terlihat semakin akrab dengan ibu kandungnya. Apalagi Farida sering menitipkan uang jajan dan tak jarang Dodi meminta uang untuk kebutuhan sekolahnya kepada Farida.

Hampir sepuluh tahun setelah lulus dari SMA, Dodi tak pernah muncul dan menjenguk kedua orang tua dan adik-adiknya. Keputusannya untuk merantau seolah-olah juga untuk melepaskan semua kenangan tentang keluarganya dan dirinya sendiri. Kebencian merubah dirinya. Tak ada seorangpun yang menyadari bahwa ternyata Dodi berontak dan membenci pernikahan ayahnya yang kedua kali itu. Meski tak pernah melawan ibu tirinya, namun ternyata jauh dilubuk hatinya Dodi sudah menanam dan menyirami benih kebencian dihatinya untuk si ibu tiri. Ini terbukti dengan dia lebih memilih mengundang Farida di pesta pernikahannya ketimbang ibu tirinya. Padahal ibu tirinya sudah datang jauh-jauh dari kampung hanya untuk melihat dan memeluk anak yang sudah dianggapnya anak kandungnya itu. Airmata kekecewaan menetes di pipi ibu tirinya ketika Dodi benar-benar enggan berfoto bersamanya. Semua yang dia lakukan seolah-olah sia-sia.

Setelah pernikahan itu, ibu tiri Dodi sakit-sakitan. Bolak-balik keluar masuk Ruang Operasi, namun kondisi kesehatannya terus merosot. Hingga akhirnya dokter memvonis usianya takkan lebih dari 3 bulan lagi. Seolah takut kehilangan kesempatan, dia memohon kepada Heri untuk menghubungi Dodi dan memintanya pulang. Namun jawaban yang didapat Heri hanya “lagi nggak punya uang” dari Dodi. Heri dan adik bungsunya, Nina, hanya berdua menghadapi semuanya. Bahkan sampai ibunya meninggal, Dodi benar-benar tidak pulang untuk melihat jasad ibu tirinya dan menguatkan 2 adiknya yang masih belia itu. Saat Heri menelpon dan mengabarinya, dia tetap memberi jawaban yang sama “saya masih tidak punya uang”.

Sungguh tega Dodi membiarkan adik-adiknya tanpa sandaran. Semenjak ayahnya meninggal, Dodi benar-benar melupakan keluarganya. Kini Heri dan Nina hanya berdua. Berdua menanggung duka, juga biaya yang keluar selama ibunya sakit hingga meninggal.

Sebegitu bencinya kah Dodi kepada ibu tirinya?
Tak adakah rasa iba di hati Dodi untuk dua adiknya?
Hanya Dodi yang tau jawabannya.

Fyi, hingga kini ibu kandung Dodi masih hidup dan blm mempunyai anak dari pernikahan keduanya.

3 Cahaya Bicara:

bandit™perantau mengatakan...

Saya rasa Dodi hanya lari dari jalan yang dibebankan baginya....
Iya meski saya gak tahu pasti perasaan org seperti itu, tapi saya juga pnya teman dekat, teman masa kecil yg mengalami kejadian serupa, yah, masalahnya memang kompleks sekali hingga kadang-kadang wajar kalo dia tidak suka pada ibu tirinya... tidak sukanya dalam artian karena perilaku ibu tirinya gak baik...

but whatever it takes, what =ever remain, manusia, (termasuk ibu tiri) selalu memiliki kelayakan untuk dikasihi...

dian mengatakan...

setuju dengan comment di atas. kadang kita terlalu dijejali sama fakta hitam putih. padahal ada ruang abu-abu yang mempertemukan hitam dan putih itu
wuah... nyambung nggak nih, comment-nya

Joko Sutarto mengatakan...

Ibu Tiri kan hanya cinta kepada ayahku saja, bukan padaku. He... He... Itu yang umum tapi cerita ini kebalik ya? Anak tidak pernah cinta kepada Ibu Tiri meski dia sudah sangat sayang sama dia. Jangan-jangan Ibu kandungnya (Farida) yang sengaja menghasut si Dodi.

Cahaya Hati Boneth Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template for Bie Blogger Template Vector by DaPino