Miskin bergengsi

Seumur hidup saya kenal bapak (my dad), dia selalu melarang kami anak-anaknya menerima belas kasihan dari orang lain. Saya juga bingung dan ndak paham, kenapa bapak seolah-olah mengharamkan menerima uluran tangan dari orang lain, sekalipun dari om (yang kaya sekaya-kayanya lantaran menerima limpahan warisan seutuhnya dari alm nenek). Bagi saya bapak tuh terlalu gengsi, malu miskin (kadang saya sebut miskin tp sombong). Secara ekonomi memang saya terlahir di keluarga yang dibawah mampu a.k.a susah. Namun, sesusah apapun kehidupan kami, tidak pernah saya diperbolehkan untuk menerima sumbangan baik dari pemerintah maupun dari orang-orang yang cari simpati masyarakat.

Saya ingat sewaktu smp ada program dari pemerintah namanya kalo ndak salah GNOTA (gerakan nasional orang tua asuh). Masing-masing anak asuh (tentunya daftar dulu dan di cek en ricek) akan mendapat uang setiap bulannya. Minimal uang sekolah dan kebutuhan sekolah terpenuhilah dari uang itu. Sebenernya saya ingin sekali ikut, dan mendapatkan uang cuma-cuma itu. Tapi bapak????? dia tidak mengijinkan aku mencalonkan diri (hehehe dah kayak caleg aja mencalonkan diri). Bapak tidak mau menandatangi pernyataan bahwa saya anak orang miskin.. padahal dia sendiri waktu itu sudah tidak mampu mencari nafkah untuk menyekolahkan kami.. (egois :D).

Rasanya tak perlu kurincikan tawaran bantuan apa saja yang ditolak oleh bapak ketika saya minta persetujuannya. Yang paling jelas diingatan saya adalah satu waktu ketika saya pulang dengan bangganya membawa sekardus mie instant dari acara bagi-bagi bingkisan oleh salah satu parpol.. saya dimaki-maki dan disuruh mbalikin tuh bingkisan (padahal acaranya dah bubaran). saking bingung dan ndak tau harus bagaimana lagi, saya cuma bisa nangis dan ngasih tuh bingkisan ke warung (tentunya saya minta bayar meski dengan setengah harga).

Tindakan bapak itu memaksa kami anak-anaknya untuk berusaha, agar tidak berlama-lama dikubangan kemiskinan itu. Kami tidak ingin anak-anak kami kelak merasakan kemiskinan yang kami rasakan dulu. Kami ingin bapak juga bangga melihat kami sudah mampu mandiri dan tidak dianggap rendah lagi oleh orang lain.

Dear Dad, meski kini kau tak bersama kami...
Kami yakin kau melihat kami dari sana..
Kami bangga terlahir di keluarga ini..

Salam sayang untukmu, Bapak!

2 Cahaya Bicara:

Ronalita mengatakan...

orang tua memang akan selalu jdi sosok terbaik yang akan selalu memberi kita motivasi untuk berusaha menjadi maju dan lebih maju lagi..........hingga kita benar2 jadi orang yang berhasil.....

Lisha Boneth mengatakan...

duh.. kamu pinter banget sihhh ona..

Memang orangtua selalu the best buat anak2nya, meski orang tua terburuk sekalipun..

makanya, mumpung orangtuanya masih sehat2 nihhh... ayo donggg berusaha senangkan hatinya.. :D

Cahaya Hati Boneth Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template for Bie Blogger Template Vector by DaPino